Yang bangunmu selalu lebih awal dari mentari lalu sibuk menjelajah isi dapur untuk membuat perut seatapmu kenyang
Entah kau lupa atau memang menolak pikun, senjamu bahkan sudah sejak bertahun lalu
Entah kau ego atau terlalu cinta, kami bahkan sudah menua jua sepertimu
Lambat-lambat dengan keriput bergelantungan kau nyalakan api birumu
Kau bilang kau tak punya susu lagi di kulkas, hanya teh hangat dengan sedikit gula
Selebihnya, terasa manis karena ada bayangmu tertinggal di cangkir tehku