Klarifikasi dari KM ITB itu sendiri lumayan menambah informasi mengenai peristiwa penolakkan kedatangan Jokowi di kampus ITB, meskipun dari membaca komentar-komentar di bawahnya ada beberapa hal yang belum diungkapkan oleh Jeffry selaku Presiden KM ITB dan penulis klarifikasi.
Jadi hiburan saya karena tujuan aksi yang direncanakan dengan serius ternyata hasilnya malah menjadi bumerang dengan kekuatan berlipat ganda. Jadi konyol, kayak nonton Mr. Bean gitu lho..
Mungkin karena saya bukan alumni ITB, jadi simpati saya hanya sedikit kepada personil KM ITB yang disalahkan oleh teman-teman dan senior alumninya. Karena itu juga saya berprasangka positif bahwa mereka sengaja memamerkan kreatifitas mereka membangun sebuah reality show ironi "menolak politisasi kampus".
Ironinya di mana?
- Membangun aksi yang berkesan berani menantang capres, hasilnya malah dikecam alumni dan masyarakat sebagai aksi paranoid karena takut dipengaruhi oleh capres. Seolah-olah kaum terpelajar se-ITB tidak punya kapabilitas untuk mendebat
- Menyatakan alasan aksi adalah menghindari pelintiran media bahwa ITB telah mendukung capres tertentu padahal ITB harus netral. Hasilnya, media memberitakan bahwa ITB menolak Jokowi dan mengundang Anis Matta dan Yusril (pelintiran).
- Menyatakan menolak politisasi kampus dengan aksi demo saat kedatangan Jokowi, kenyataanya pendemo (KM ITB) melakukan politik praktis dengan menolak kedatangan Jokowi.
- Mengatasnamakan seluruh mahasiswa ITB pada pernyataan penolakan politisasi kampus yang disebarluaskan kepada masyarakat. Kenyataanya banyak warga ITB termasuk mahasiswa-mahasiswanya yang memprotes aksi tersebut (saya lihat di media sosial maupun di bagian komentar halaman klarifikasi).