Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Pengemis Tua dan Lampu Merah

24 September 2024   20:50 Diperbarui: 25 September 2024   20:13 351 62
Malam semakin larut.
Seorang pengemis tua memandang lampu lalu lintas
satu-satunya teman bercerita di antara rimba metropolitan
dengan cemas.

Dia bisa saja bercerita pada trotoar
pada papan reklame
atau pada pohon ketapang kencana di ujung jalan.
Tapi lampu lalu lintas-lah teman yang mampu menanggapinya
dengan warna yang berpindah-pindah.

Merah
warna lampu favoritnya.
Merah berarti lalu lintas berhenti sejenak
dan semakin sering lalu lintas berhenti
berarti lebih banyak rupiah yang bisa diterimanya.

Tapi malam ini sepertinya tidak akan mudah baginya.
Hawa lebih dingin dari biasanya
dan angin berembus lebih kencang dari biasanya.
Ini pertanda hujan akan segera jatuh
membasahi aspal, trotoar, halte dan sudut-sudut kota lainnya.

Sementara itu
lampu lalu lintas malam sedang enggan menanggapi keluh kesahnya.
Sejak tadi warna lampu favoritnya tidak kunjung berpendar,
tepatnya tidak ada warna yang berpendar.

Lampu lalu lintas padam
sehingga lalu lintas kacau balau.
Lalu lintas semrawut
berarti tidak ada rupiah yang singgah di kaleng uangnya.

Malam ini tidak mudah baginya
bagi pengemis tua di bawah lampu merah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun