kita selalu memaksa diri bergerak lebih cepat.
Memacu diri bergerak lebih cepat
dan lebih cepat
karena merasa akan ditinggalkan peradaban.
Akhirnya kita berbicara buru-buru
berjalan tergesa-gesa
bahkan menghitung pun cepat-cepat.
1, 2, 3 lalu ...
kalau bisa langsung ke angka 7
langsung ke angka 11, 49, 70 dan seterusnya.
Padahal menghitung adalah proses yang runtut
yang setiap ketukannya harus dihayati dan dimaknai
1, 2, 3 lalu ...
4, 5, 6
Bahkan jika perlu sejenak kembali ke angka 2
untuk melihat kembali perjalanan
yang mungkin tidak begitu kita perhatikan
lalu ke angka 3 lagi, 4, 5 dan seterusnya.
Jika kita semua lebih mahir menghitung lambat
dan meresapkan irama napas kita pada setiap hitungannya
tidak akan ada yang meninggalkan
tidak akan ada yang merasa ditinggalkan
tidak akan ada yang congkak sendiri
tidak akan ada yang merasa dicurangi.