saat kaubersandar di bahu ini
kita bercerita tentang warna-warni yang menggantung di ujung barat.
Katamu senja berwarna tembaga karena dia sedang bersedih
berpisah dengan matahari.
Aku berkata sebaliknya
senja sedang merona malu-malu
dia bahagia
karena akan segera menjemput bulan purnama, kekasihnya.
Kita memang tidak selalu seia sekata dalam segala hal
tapi demikianlah hakikat persahabatan sejati, bukan?
Sekarang
bahu ini merindukanmu
merindukan kepala yang bersandar di situ
merindukan desir rambutmu yang dibuai angin segara.
Aku pun menyadari
walau bahuku lebih sering jadi sandaran
kehidupanku pun sering bersandar di bahumu.
Jadi
biarlah bahuku
bahumu
bahu-bahu kita
ditegarkan waktu dan rindu yang bisa begitu tak bertepi.
Agar saat bertemu kembali
siapapun boleh bersandar di bahu siapapun sepuasnya.
Lalu kita bercengkerama
berdebat
atau bercerita tentang senja
tentang fajar
dan pernak-pernik kehidupan di antara keduanya.