pada suatu purnama
kamu menerima cinta seseorang lelaki yang telah lama melabuhkan hatinya kepadamu.
Tapi bukan karena pula cinta.
Kamu hanya tidak ingin
dia jatuh pada pelukan gadis lain yang menjadi seterumu.
Lalu pernah
pada purnama yang lain
kamu menerima cinta seorang lelaki yang juga melabuhkan hatinya kepadamu.
Tapi bukan karena cinta.
Kamu hanya ingin segera pergi
dari lelaki yang mencintaimu pada purnama sebelumnya.
Kini
pada purnama yang lain lagi
kamu menerima cintaku, cinta yang telah lama kulabuhkan kepadamu.
Tapi bukan karena cinta.
Kamu hanya benci pada kesendirian
mungkin juga benci pada purnama demi purnama yang datang dan pergi tanpa arti.
Lalu
entah apa yang akan terjadi pada purnama yang akan datang.
Haruskah aku menunggunya dengan hati berdebar-debar
atau
akan kupanaskan saja di atas wajan
lalu kuhidangkan sebagai sarapan pagi
bersama cangkir kopi yang masih mengepul
di sisi ranjang pengantin kita.