mengisi malam dengan obrolan lamat-lamat
tentang masa lalu yang masih hangat
masa kini yang sedang tertambat
dan masa depan yang sudah dekat.
Sesekali cangkir kopi jadi jeda percakapan kami
aku menyesap kopi hitamnya
pikiranku menyesap candunya.
Puehh!
Aku melepeh ketika ampas kopi yang getir
berdansa dengan lidahku.
Pikiranku tertawa terbahak-bahak
mengisi malam dengan gema tawa yang hanya bisa ditangkap gendang telingaku.
"Kopi sudah tandas, sebentar lagi kita harus tidur," ucapku.
"Ah, tidur itu hakikatmu. Setiap kali kamu tertidur aku harus mulai menenun," sahut pikiranku.
"Menenun?"
"Ya. Membuat jalinan masa lalu yang masih hangat, masa kini yang sedang tertambat dan masa depan yang sudah dekat."