menggendong bayi berusia 10 bulan
di bawah lampu merah.
Sebelah tangannya menengadah.
Wajahnya legam oleh asap karbonmonoksida
matanya menyipit dihimpit matahari
dan sekali lagi
tangannya menengadah
pada para pemilik kendaraan yang sejenak terjeda.
Lalu apa yang mereka terima?
Apakah gurat kemiskinan di wajah dua anak manusia ini
berhasil mengusik nurani?
Nyatanya bocah laki-laki berusia 10 tahun
yang menggendong bayi berusia 10 bulan
hanya jadi permainan teori probabilitas yang begitu kejam.
Untuk mereka
lembar rupiah bergambar penari piring pun
tiada mampir dengan mudah.
Sementara itu sepasang mata milik wanita berusia 40 tahun
menatap mereka dengan awas dari kejauhan
memastikan mereka bekerja dengan benar siang terik ini.
Ah, mungkin ini yang membuat dilema para pengguna jalan.
Dilema inilah yang selalu tumbuh di atas garis kemiskinan.
Benarkah gurat kemiskinan yang ada di wajah mereka?
Atau mereka hanya sedang memakai topeng saja?
Atau jangan-jangan gurat kemiskinan sudah menjadi topeng permanen untuk mereka?
Sepertinya hanya pendar lampu merah berubah hijau
yang bisa menjawabnya.