menikmati setiap detik dinamika citra dan suara
di bioskop, komputer, handphone
bahkan aku bisa memutar film dalam kepalaku jika perlu.
Aku sanggup menghabiskan jam demi jam waktu menonton
tanpa lelah
tanpa jenuh
berteman secangkir kopi cukup sudah.
Sedangkan kekasihku seorang pecandu sinopsis
dia sanggup melahap belasan bahkan puluhan sinopsis
tanpa mual
malah seolah jantungnya bekerja beberapa kali lebih cepat
saat menyantap tulisan demi tulisan itu.
Mestinya kami jadi pasangan yang saling melengkapi, bukan?
Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu.
Aku benci membaca sinopsis sebelum menonton filmnya sendiri.
Sedangkan kekasihku
lebih memilih membaca sinopsis daripada menonton filmnya sendiri.
Ini yang membuat kami tidak pernah berkencan di bioskop.
Kami lebih memilih kedai mie di pasar malam, angkringan kopi jos bahkan halte bus.
Di situ dia tenggelam dalam damai di belakang bukunya
dan aku menikmati film kehidupan tanpa sutradara sepuasnya.