tidak pernah jemawa pada cangkir kopi
atau pada mata kamera
karena ditinggalkan oleh sang empunya
yang takut melewatkan momentum.
Senja pun tidak pernah dendam
pada malam yang membunuhnya berkali-kali
karena dia tahu
jiwanya akan tetap hidup pada bait-bait puisi
dan pada galeri-galeri seni.
Aku tidak pernah jemawa pada cangkir kopi
tapi aku bukan seorang yang bersahaja.
Aku juga merasa hidup saat menulis bait-bait puisi
tapi aku seorang pendendam.
Ah,
aku ingin seperti senja.