dan wajah gadisku memerah
malu-malu dia mengecup pipiku dari balik kamera selfie.
Jauh pada jarak tapi dekat pada gawai
Itulah kami.
Tapi
kaca jendela memburam karena gerimis
ada yang aneh!
Ah, bukan gerimis yang jatuh dari angkasa
melainkan air mata purnama yang terpaku di atas sana
pucat pasi, tapi seperti biasa, selalu mampu buat terkesima.
"Mengapa menangis, Bulan?" tanyaku padanya.
"Aku kesiangan jadi tidak tahu jalan pulang," jawabnya nelangsa.
Aku jadi teringat gadisku yang kutinggal pergi.
Buru-buru aku menuruni tangga balkon
tapi sayang,
dia sudah hilang dari layar gawai.
Sepertinya gadisku cemburu pada Bulan
Langit masih biru
tapi gerimis sudah berubah jadi hujan.
Mungkinkah ...
Bulan yang cemburu pada gadisku
Entahlah.