Aku pun menunda meneguknya sejenak dua jenak sembari berseluncur di lini masa menonton parodi-parodi di sana. Setelah kopi dingin aku berharap lalat tersesat sudah pergi menjauh.
Ternyata sekarang dia sudah mengapung kaku di dalam cangkir kopi. Malang nian nasibnya.
Aku ingin mengangkat jenazah lalat dari dalam cangkir, menguburkannya baik-baik dan memberikan kata-kata terakhir pada saat pemakamannya.
Tapi aku takut dijerat pasal-pasal
kurang berperikemanusiaan dan terlalu berperikelalatan.
Ah,
aku pun menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada saksi mata
lalu menghabiskan seluruh isi cangkir dalam sekali teguk.
Gluk!
Barang bukti aman sekarang.