entah kenapa?
Mungkin seperti katamu, aku terlalu keras meninju kehidupan
sehingga kehidupan balas meninjuku.
Kamu pun menuang air panas ke dalam gelas
menaburinya dengan rupa-rupa senyawa
meniupnya dengan mantra
mantra cinta kurasa.
Sekalipun enggan
aku memaksa diri memegang gelas kaca
dan rasa hangat menjalar sampai ke jantung.
Setelah kuteguk habis isi gelas
kamu meraba dahiku dan mengernyitkan kening
"Ramuannya manjur sekali," katamu.
Keesokan paginya kamu yang demam
aku bingung karena bisa mengerti cinta
tapi tidak rupa-rupa senyawa dan mantra.
Kamu tersenyum, "Tidak apa," katamu. "Genggam saja tanganku
dan aku akan sembuh segera."
"Apa kehidupan juga balas meninjumu?" tanyaku.
"Tidak kurasa," bisikmu, "Kehidupan hanya sedang cemburu kepada kita."