ada jejak-jejak leluhur
yang tersamarkan oleh waktu
angin
humus
dan jejak kita sendiri.
Pada setiap bulir air yang memuaskan dahaga
ada kesejukan yang mereka wariskan
lewat hutan hujan
gunung
sungai
dan awan mendung yang jadi saksi bisu.
Pada setiap udara yang kita hidu
ada gema tembang petang nenek moyang
saat menidurkan anak cucu
atau memanjatkan pinta
pada pemilik semesta.
Aneh, bukan?
Setiap kali peradaban seperti ingin membawa kita jauh ke depan
sebagian dari diri kita memilih nostalgia
ke belakang
bahkan jauh ke masa yang belum tercecap
masa para leluhur membangun peradaban
dengan tradisi, nilai, harmoni
serta kerinduan untuk anak cucu
di masa depan.
Apa kita juga punya kerinduan yang sama untuk anak cucu
dalam peradaban yang kita bangun hari ini?