kita punya mata tapi hanya bisa memandang tak bisa melotot
kita punya mulut tapi hanya bisa berbisik tak bisa berteriak
kita punya tangan tapi hanya bisa mengepal tak bisa meninju.
Kita punya senjata tapi hanya bisa pamer tak bisa menembak
kita punya keberanian?
Entahlah.
Yang jelas kita nyaris terjepi tapi kita hanya berdiam diri
tidak mau melawan
tidak mau mendobrak
kita kehilangan satu per satu tapi tidak mau mempertahankan.
Sampai musuh-musuh berhasil menggerogoti seluruh tubuh kita
menyisakan tulang-belulang
dan jiwa yang menguap tanpa sempat dinyalakan.
Saat itulah kita sadar
bahkan puisi yang diam pun memberi perlawanan
sebelum kenangan menguburnya dalam-dalam.