menyibak lapis demi lapis, sampai temukan yang terdalam dan sedang bergeming dalam kontemplasi.
Mungkin batu-batu yang bersemayam itu tidak bisa lagi bertutur sapa seperti pada awalnya, tapi gurat-gurat yang diukir masa mampu membawa kita pada kisah-kisah penuh cinta. Tentang kesetiaan, tentang kemurnian, tentang keluhuran, tentang keparipurnaan yang diwariskan semesta.
Seperti pelangi yang tidak hadir di hari cerah, kita pun perlahan-lahan memahami keindahan hidup yang dilahirkan penderitaan, pelajaran luhur yang selalu dilantangkan peradaban dari puncak-puncak bumi.
Mari menyemai kabut dalam perjalanan ini agar esok jika mahatari terik, kita bisa tetap berkontemplasi dalam keteduhan, hadirkan gurat demi gurat wajah Tuhan.