Di antara tirai hujan yang semakin rapat, Jaka berlari. Tidak peduli kemeja biru langitnya sudah berubah warna menjadi biru gelap karena menyerap air hujan, juga dingin yang makin menyengat pori-pori, dia terus berlari. Dalam berkali-kali helaan napas, dia menyusuri sudut-sudut kota yang penuh kenangan. Trotoar, halte yang dipenuhi orang berteduh dan gang-gang yang mulai tergenang air.
KEMBALI KE ARTIKEL