Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Malam di Terminal Tua

28 Februari 2017   22:16 Diperbarui: 28 Februari 2017   22:26 530 12
Bocah tak beralas kaki
memeluk rembulan dalam hati
meringis melawan sakit
kedinginan di bawah langit.

Bapaknya kepanasan
dengan bibir bau tuak
meringis merayu PSK tua.

Cahaya lampu peron pucat
seperti mayat
musik koplo terdengar seperti lagu requiem
bus penghabisan berdesis saat sopir injak pedal rem
siap hantarkan penumpang terakhir ke tujuan.

Petugas menyortir tumpukan karcis di balik kaca berdebu
setengah mabuk setengah lelah
selelah pedagang rokok dan air mineral di balik etalase berdebu.

Gelegar klakson bus penghabisan bangunkan gerimis
pertanda terminal akan segera kehilangan nyawa
lembayung sepi menyergap tipis-tipis
sudah senyap pinggiran kota

Di ujung tembok wanita tua tertawa serak
telah deal dengan lelaki bau tuak.

Bocah tak beralas kaki
tidur beralas koran yang dibuang pembeli
dia sedang mengganti rasa sakit dengan indah mimpi
tentang nikmatnya naik bus wisata keliling negeri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun