Semestinya dukung-mendukung pemilihan Presiden sudah berakhir. Tak ada lagi saling sanjung, puji, singgung, cibir yang diungkapkan. Semua kelakuan itu selayaknya berhenti ketika Presiden yang baru telah dilantik. Namun itu hanya seperti oase di padang pasir. Kejengkelan akan kemenangan calon dipihak lawan, dan kekalahan dipihak kawan masih menggelayut dihati. Mereka yang menang pasti tak tahu betapa sakitnya berada dipihak yang kalah, dan mereka yang kalah juga tak menerima suka cita yang dirayakan pihak pemenang. Padahal mau tidak mau diujung dari sebuah kompetisi harus ada pemenang. Ya pemenangnya cuma satu, jadi Presidennya juga satu saja. Kalau ada dua pemanang berarti itu pemenang tandingan. Kayak kelakuan anggota DPR terhormat itu loh, bikin tandingan. Padahal jelas-jelas mereka itu tidak bisa bikin tandingan karena kalah jumlah suara.