[caption id="attachment_339886" align="alignleft" width="300" caption="Jokowi di markas Slank (foto dok Tribunnews.com)"][/caption]
“Bang bang tut akar gulang-galing / Siapa yang kentut ditembak raja maling / Musuh dalam selimut sama juga maling / Mulut bau kentut, di belakang ngomong miring”,begitu disebutkan dalam cuplikan lirik lagu “Bang Bang Tut” (BBT), ciptaan grup band Slank, tentang siapa yang kentut ditembak raja maling. Celakanya untuk menemukan siapa yang kentut sulitnya bukan main. Apalagi kentutnya diam-diam tanpa bersuara, kian sulit memergoki pelakunya, meski semerbak bau tak sedapnya tercium secara masif kemana-mana dan dapat dirasakan. Itu yang terjadi dan itu yang kita saksikan di drama persidangan gugatan sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) dan sidang etik Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Karena mana mau raja maling mengaku bahwa dirinya yang kentut, meski dari mulutnya sudah bau kentut, tapi tetap saja yang bersangkutan akan matian-matian membela diri sambil didampingi tim penasehat hukumnya bahwa dirinya bukan maling. Karena kalau ketahuan dan terbukti kentut sama juga maling. Namanya juga maling, ia akan mencuri apa yang dimaui, termasuk mencuri suara.