Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Penggalan Kisah Kabar Sukacita 5: Maria dan "Kecharitomene"

21 Oktober 2024   13:55 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:16 18 0
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau" (Luk 1:28). Kata pertama yang disampaikan Gabriel kepada Maria adalah 'Salam'. Kata Salam, Bahasa Indonesia, atau Ave, Bahasa Latin, merupakan terjemahan dari kata Yunani 'Kaire', dan terjemahan itu tidak mampu mengungkapkan seluruh kekayaan yang terkandung dalam ungkapan Gabriel kepada Maria. Kata Kaire lebih mengandung makna yang dalam, 'Bersukacitalah !" Kata Gabriel kepada Maria, "Kaire, kecharitomene",  "Bersukacitalah, hai wanita yang dikasihi Allah."Melalui penyampaian kalimat melalui mulut Gabriel itu, dengan serta merta Allah sendiri mengubah makna nama Maria, yang sebelumnya dikaitkan dengan Myriam yang dihukum sebagai penderita kusta walaupun dipulihkan kembali oleh Allah, menjadi 'kecharitomene'. Kecharitomene mewakili fakta bahwa 'Kasih Allah itu abadi, sedari awal mula, sekarang, saat ini, hingga di masa yang akan datang, selama-lamanya". Dan kecharitomene itu berdiam dalam diri Perawan Nazaret itu, Maria. Di dalam diri Maria ada Kasih Allah yang abadi, sedari awal mula, sekarang, saat ini, hingga di masa yang akan datang, selama-lamanya !

Maria terkejut ? Tentu saja ! Bisa jadi keterkejutan yang amat sangat luar biasa ! Apalagi karena dia mendapat sapaan bahkan sanjungan sedemikian hebat, 'kecharitomene'. Kerendahan hati telah ditanamkan di dalam diri Maria semenjak masa kecilnya. Dan kini pujian yang begitu agung disampaikan kepadanya ?

Namun, sungguh amat tepatlah pujian itu disampaikan Allah kepada Maria, Hawa Baru, yang akan meremukkan kepala ular, seperti tertera dalam FirmanNya kepada ular si pembawa kejatuhan manusia pertama, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej. 3:15). Dan Dokumen Konsili Vatikan II membantu memperjelas rencana Allah yang sangat amat ajaib melalui Maria, "Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk kita renungkan. Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang lambat-laun menyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu, sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih lanjut yang penuh, langkah demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang wanita, Bunda Penebus" (LG 55).

Dan kepada 'Kecharitomene' itulah manusia, pada waktunya kelak, dapat bertanya dan menemukan jawaban, "Ke mana perginya kekasihmu, hai jelita di antara wanita? Ke jurusan manakah kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu ? -- Kekasihku telah turun ke kebunnya, ke bedeng rempah-rempah untuk menggembalakan domba dalam kebun dan memetik bunga bakung. Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku, yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung" (Kid 6:1-2).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun