---
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah dan pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka. Sejak kecil, Jaka dididik oleh kakeknya tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam. Sang kakek sering bercerita tentang falsafah *Memayu Hayuning Bawana*, yang berarti "merawat dan menjaga keindahan serta kesejahteraan dunia."
"Jaka, ingatlah," kata kakeknya suatu hari, "alam ini adalah anugerah Tuhan. Jika kita merawatnya dengan baik, kita akan hidup dalam harmoni dan kesejahteraan. Namun, jika kita merusaknya, kita akan merasakan akibatnya."
Jaka selalu menyimpan kata-kata kakeknya dalam hati. Setiap pagi, ia membantu orang tuanya di sawah, menjaga tanaman dengan penuh kasih sayang. Ia juga rajin merawat hutan kecil di dekat desa, memastikan tidak ada yang menebang pohon sembarangan atau mencemari sungai yang mengalir jernih.
Suatu hari, terjadi peristiwa yang menguji pemahaman Jaka tentang *Memayu Hayuning Bawana*. Desa mereka dilanda musim kemarau panjang. Tanaman layu, dan sumur-sumur mulai mengering. Para penduduk mulai panik dan mencari cara untuk menyelamatkan sawah mereka yang hampir gagal panen.
Beberapa orang mulai berpikir untuk menebang hutan dan menggali sumber air di dalamnya. "Jika kita mengambil air dari hutan, kita bisa menyelamatkan tanaman kita!" kata salah seorang penduduk.
Namun, Jaka merasa tidak nyaman dengan ide itu. "Kakek pernah bilang, hutan ini adalah pelindung kita. Jika kita merusaknya, kita akan kehilangan lebih dari yang kita dapatkan," pikirnya. Tetapi, bagaimana ia bisa meyakinkan orang-orang di desanya?
Jaka memutuskan untuk berbicara kepada semua orang di desa. "Aku tahu kita semua sedang kesulitan," kata Jaka, "tapi jika kita merusak hutan, kita hanya akan memperburuk keadaan. Hutan ini menjaga keseimbangan air di desa kita. Jika kita sabar, hujan pasti akan datang kembali."
Penduduk desa mendengarkan Jaka dengan cermat. Mereka tahu Jaka adalah pemuda yang bijaksana, dan mereka juga tahu bahwa merusak hutan mungkin bukan solusi yang tepat. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk tidak menebang pohon dan menggali air di hutan. Sebagai gantinya, mereka berusaha lebih keras untuk menghemat air dan menjaga tanaman yang masih bertahan.
Tidak lama setelah itu, awan gelap mulai berkumpul di langit. Hujan yang telah lama dinantikan akhirnya turun. Tanaman kembali segar, dan sumur-sumur yang hampir kering kembali terisi penuh. Desa itu selamat dari bencana, dan penduduk menyadari bahwa keputusan mereka untuk menjaga hutan adalah keputusan yang tepat.
Sejak saat itu, Jaka menjadi contoh bagi seluruh desa tentang pentingnya *Memayu Hayuning Bawana*. Ia mengajarkan kepada anak-anak dan pemuda desa bahwa menjaga alam bukan hanya tentang merawat tanaman atau hutan, tetapi juga tentang menjaga hubungan yang harmonis dengan segala ciptaan Tuhan.
---
**Ilustrasi:**
Gambaran ini akan menampilkan Jaka sebagai pemuda yang berdiri di tepi sawah yang hijau, dengan latar belakang pegunungan dan hutan yang lebat. Jaka terlihat mengamati langit yang mulai mendung, sementara para penduduk desa berkumpul di sekitarnya, mendengarkan dengan serius.