Setelah istilahat siang, para petani melanjutkan mencangkul sama ditemani angin yang berhembus membawa kesejukan. Lik Ngadiono teringat sesuatu. Seharusnya, cangkul lamanya diganti dengan yang baru. Tapi, ia enggan menanyakan perihal cangkul. Mungkin saja, tuan tanah sedang mengalami kerugian besar karena gagal panen. Begitu sangkaan Lik Ngadiono. Tapi, untuk alasan persisnya, ia tidak tahu sebabnya. Hanya saja, Lik Ngadiono mulai tidak nyaman dengan cangkul yang lama. Kayunya kian menipis dan mata paculnya tidak tajam lagi.
KEMBALI KE ARTIKEL