Berulang kali saya berpikir, apakah perlu menuliskan pengalaman kurang menyenangkan ini. Maklum saja, hal ini menyangkut seorang konglomerat papan atas, Tommy Winata (TW). Tidak secara langsung sih, tapi tetap saja bayang-bayang bagaimana kantor tempo di obrak-abrik, masih berbekas di ingatan saya.
Namun, setelah berpikir bahwa saya, bukan sedang menulis TW dengan isu judi, atau gossip seputar pulau-pulau yang ia “miliki” di gugusan kepulauan Seribu. Jadi saya berpikir tak ada salahnya menuliskan pengalaman ini.
Bermula dari keinginan saya mencari informasi mengenai paket wisata ke kepulauan Seribu. Kemarin (17/12) saya menuju ke Ancol. Setelah mendapat informasi yang cukup dari salah satu biro wisata di kawasan dermaga Ancol. Saya tertarik untuk foto-foto. Karena, jarang-jarang bisa datang ke sisi Ancol bagian dermaga ini.
Untuk mendapat angle yang asyik, saya menyusuri dermaga hingga ke ujung. Di dekat sebuah café. Saya ambil foto-foto ke arah pusat rekreasi Ancol dan ke arah laut lepas. Lalu, mata saya tertarik dengan kibaran bendera di sebuah kapal pesiar mewah. Langsung saja saya foto bendera itu, sekitar lima kali jepret. Tiba-tiba seorang petugas keamanan menghampiri.