Laga klasik Indonesia kontra Thailand berujung dramatis. The war elephants terpaksa “angkat koper” lebih dulu dari arena Sea Games. Indonesia memastikan satu tiket di semi final. Kita semua menjadi saksi bahwa sejarah baru terukir oleh garuda muda. Setelah tak pernah menang dari Thailand di ajang sea games sejak 1993, akhirnya rekor baru terukir.
Tiga gol Titus Bonai, Patrich Wanggai dan Ferdinan Sinaga serta satu gol balasan dari Rangsiyo menjadi pewarna pertandingan ini. Garuda muda 3, gajah perang 1. Menilik permainan selama 90 menit, meski Thailand harus mengakhiri pertadingan dengan 9 pemain. Namun ketegangan tetap tersaji di SGBK. Meski kalah jumlah pemain tetap saja ini Thailand, Bung ! Mereka bertempur habis-habisan. Sempat menyamakan kedudukan, kitapun tegang. Beruntung keceriaan bermain garuda muda akhirnya menghentikan langkah-langkah gajah.
Tulisan mungil ini coba menilik pertandingan dari sudut opini sederhana saya yang tak terlalu paham seluk beluk teknis sepakbola. Tulisan ini juga tak lahir dari pengamatan langsung di SGBK karena saya “cedera”, serangan flu berat menggagalkan langkah ke GBK. Lewat bantuan layar kaca, tulisan ini hadir. Semoga tetap berkenan, salam !
Salute untuk The War Elephants
Terlepas dari kebahagian kita merayakan kemenangan garuda muda. Perkenankan saya menyampaikan rasa salute untuk tim “Gajah-gajah perang” ini. Layaknya mitos gajah perang, mereka berjuang sampai titik darah penghabisan mengantarkan para ksatria mereka berperang. Tak peduli kulit tebal mereka tertusuk panah. Tim sepakbola Thailand membuktikan itu.
Mengapa salute ? paling tidak ada dua alasan hingga rasa salute itu hadir bagi pasukan Prapol Pongpanich ini.