Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mak Erot dan Peran Perubahan Anak

14 Juli 2013   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:34 569 0
Ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada bujangan yang kaya dalam hidup ini. Sebuah pepatah yang menarik. Walau dalam kenyataan, banyak bujangan yang kaya. Memang, pepatah ini tidak sepenuhnya benar. Tetapi, bukanlah tepat atau tidak tepat, benar atau tidak benarnya pepatah ini yang mesti kita kaji karena ternyata ada banyak pepatah orang tua zaman dulu yang juga tidak sesuai dengan kenyataan. Namun anehnya, pepatah itu selalu turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi walaupun mereka mengetahui ketidakbenaran atau ketidaktepatan pepatah itu.

Lalu apa yang mesti kita kaji dari pepatah tersebut? Sebuah pesan. Ya, sebuah pesan, semua pepatah orang tua zaman dulu selalu mengandung pesan. Misalnya ada pepatah yang mengatakan; jangan duduk di pintu nanti susah jodoh. Pesan dari pepatah ini adalah larangan agar tidak menghalangi jalan. Pepatah ini diucapkan oleh orangtua zaman dahulu dikarenakan mereka mengerti sisi psikologi manusia. Seorang manusia biasanya akan merasa takut dan menurut jika mereka ditakut-takuti dengan hukuman yang menurut mereka begitu mengerikan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh orangtua zaman dulu untuk mengatur anak-anak mereka agar mau menuruti perintahnya tanpa harus ada bantahan dan perlawanan.

Pesan apakah yang ingin disampaikan oleh orangtua pada pepatah tidak ada bujangan yang kaya? Sebuah pesan untuk membangkitkan semangat seorang pria. Jika ingin kaya, cepatlah menikah itu inti pesannya. Adakah kebenaran dari ketidaktepatannya seluruh pesan ini?

Jika anda mengamati ke sekeliling anda secara seksama, pasti anda akan menyetujui pepatah tersebut sembilan puluh sembilan persen benar adanya. Rumah-rumah orang kaya biasanya selalu terisi oleh orang-orang yang sudah menikah. Satu persen penolakannya, karena anda tahu ada juga yang bujangan kaya.

Sebagai gambaran, penulis ceritakan salah satu kisah tetangga dekat rumah waktu dulu penulis menetap di Malang sana. Sebut saja namanya mas Karyo. Dahulu ia hanyalah seorang tukang masak biasa di sebuah hotel. Ia seorang pekerja keras dan sangat menyukai sekali pekerjaannya. Bagi dia masak adalah jiwanya, hingga tidak perduli harus kerja sampai larut malam walau tanpa apresiasi yang baik dari manajemen, karirnya disitu-situ saja, mandek. Namun, nasib manusia tidak ada yang tahu, akhirnya ia keluar dari pekerjaan. Entah apa penyebabnya yang pasti.

Setelah keluar dari pekerjaan, ia terpuruk. Ketika sudah di titik nadir keterpurukkannya ia pulang kampung membawa isterinya ke Ngawi sana. "Saya bangkrut," ucap ia pada isterinya. Padahal ketika itu isterinya sedang mengandung anak pertama buah cinta mereka.

Setiap pria yang bertanggungjawab biasanya akan selalu berusaha agar anak dan isterinya tidak menderita. Begitu juga dengan mas Karyo, dalam keterpurukannya ia tetap berusaha. Setelah melalui proses yang cukup lama akhirnya ia bisa menggapai kesuksesan. Sekarang mas Karyo mempunyai rumah yang bagus, mobil idaman tersimpan di garasi dan cabang usaha dagangnya tersebar di mall-mall besar Malang sana. Apa yang menarik dari seorang mas Karyo ini bagi penulis adalah ucapannya ketika membawa anaknya mancing bareng kami di sungai sekitar perumahan, dia berkata "anak yang membawa keberuntungan," ucap ia sambil mengelus rambut anaknya.

Agen Perubahan Internal.

Anak. Ya, anak adalah sisi lain dari semangat orangtua dalam bekerja atau mengumpulkan harta dan kekayaan sehari-harinya. Kita sering memandang anak adalah sebagai obyek bukan sebagai subyek. Sering kita dengar kata-kata "buat beli susu anak saya" atau "nanti anak dan isteri saya makan apa" terlontar dari mulut seorang ayah. Tetapi jarang sekali kita mendengar "saya kaya atau sukses gara-gara anak saya". Padahal orangtua bekerja begitu keras memeras keringat dan membanting tulang karena digerakkan oleh anak, maka oleh karena itu anak adalah subyek bukan lagi obyek dalam hal ini seperti yang dikatakan secara tidak sadar oleh mas Karyo. Anaknyalah yang menggerakkan mas Karyo untuk bekerja dan berusaha dua kali lipat dari biasanya sehingga menjadi sukses. Maka tepatlah pepatah yang mengatakan tidak ada bujangan yang kaya, karena ternyata anak adalah salah satu pion pemicu seorang pria menjadi kaya.

Peran perubahan yang dilakukan anak begitu besar dalam keluarga. Anak bisa menjadi membawa perubahan positif maupun negatif tergantung dari kecerdasan emosi orangtuanya. Contoh di atas adalah perubahan positif, tentunya untuk mencari contoh negatif kita bisa memberikannya namun dalam tulisan ini kita mengabaikan hal tersebut.

Akan kita menemukan seorang suami yang dahulunya senang berkeluyuran hingga isterinya sering marah-marah karena dinilai keterlaluan namun anehnya ketika sudah mempunyai anak kesukaan suami itu berubah, jadi senang di rumah. Atau akan kita dengar seorang pria berkata "saya kangen sama anak, kamu tidak akan mengerti sampai kamu menjadi ayah". Banyak contoh lain yang menjelaskan bahwa begitu banyak perubahan-perubahan dalam keluarga dikarenakan hadirnya seorang anak. Oleh karena itu kalau mau jujur sebenarnya kita tidak perlu mencari peran perubahan anak diluar sana, karena peran anak sudah begitu besar dalam keluarga itu sendiri.

Agen Perubahan Eksternal.

Di atas kita membicarakan peran perubahan anak internal keluarga sekarang mari kita bicara peran perubahan eksternalnya sehingga bahasan ini menjadi lengkap.

Seperti peran internal yang memakai contoh-contoh, peran eksternalpun penulis berikan serupa. Contoh pertama; untuk anda yang tinggal di pedesaan, pernahkah anda mengalami bahwa anak anda berubah bahasanya sejak kedatangan anak kecil dari Jakarta atau anak-anak kota besar yang sehari-harinya memakai bahasa indonesia dalam obrolannya berkunjung ke tempat anda. Kebanyakan pasti mengalami. Anak anda jadi ikut-ikutan memakai bahasa indonesia walau campur-campur dengan bahasa daerahnya dikarenakan bergaul dengan anak kota tersebut.

Atau contoh lain; pernahkah kita sadari bahwa banyak anak kecil, wanita, bahkan lelaki dewasa tergerak minatnya untuk memainkan gitar seperti yang dilakukan oleh seorang Sungha Jung. Siapa Sungha Jung? Dia adalah anak yang sudah pandai memainkan gitar sejak usianya masih belia, jika anda penasaran dan belum mengetahui sosoknya silahkan ketik sungha jung di kolom pencarian Youtube.

Atau pernahkah anda menyadari bahwa tiba-tiba tukang warung di sudut sana menjual layangan bulan ini dikarenakan anak kecil ramai-ramai mencari dan memainkan layangan?

Kita semua pasti sadar dengan contoh-contoh di atas bahwa seorang anak mempunyai peran perubahan untuk sekitarnya, yang kita tidak sadar adalah bahwa peran anak itu ternyata bisa sebagai subyek bukan hanya obyek seperti yang penulis jelaskan di atas. Sehingga, tanpa kita sadari, kita telah mendidik anak-anak kita sebagai sebuah obyek. Padahal anak juga berperan sangat besar menggerakkan roda ekonomi, sosial dan budaya yang sangat penting disamping orang dewasa.

Jika sudah menyadari hal itu, mari kita mendukung dan memberi semangat kepada anak-anak kita untuk berperan sesuai dengan minat dan bakatnya, jangan kita menyetir mereka sesuai dengan minat kita. Jadilah rambu-rambu jalan bagi anak kita sebagai sopir hidupnya bukan kita yang jadi sopir hidupnya. Biarkan ia tumbuh dengan baik dan nyaman dengan bakatnya sehingga mereka menjadi seorang subyek yang baik. Contohlah seorang Mak Erot yang mengerti keinginan pasiennya untuk melakukan perubahan, ia tidak begitu dominan dalam peran perubahan, ia hanya memberikan jalan dan rambu-rambu agar peran perubahan yang dinginkan oleh pasiennya berhasil.

Anak dari lahirnya sudah punya peran perubahan yang sangat penting, jangan kita memberikan paksaan mengacu pada patron hidup kita karena mereka sudah mempunyai patron hidup masing-masing, biarkan tumbuh dan kembangnya secara alami karena ternyata Tuhan telah memberikan sesuatu sesuai dengan takarannya dan Dia tidak mungkin salah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun