Tak lama setelah kisah mancing bareng sama anak kecil di komplek perumahan, saya pindah rumah. Kali ini saya ngontrak rumah sendirian. Walaupun hanya rumah petak. Karena kalo rumah biasa, sayang kalo dikontrak, karena bini belum ada [maaf yah, curhat ama promosi dikit]. Letaknya rumah kontrakkan dekat dengan tempat kerjaan.
Sebagai gambaran cerita ini nantinya, saya akan ceritakan detail  lokasi tempat saya bekerja. Tempat kerja saya ini dikelilingi oleh benteng. Di sebelah selatan, ada sebuah danau yang jernih airnya. Di sebelah barat berjejer mess karyawan, di utara sebuah lapangan sepakbola yang terawat dengan baik dan di timur ada lapangan yang sangat luas sekali. Di depan pintu gerbang, ada sebuah sungai kecil yang jika tidak diperhatikan secara seksama tidak akan terlihat karena terhalang oleh rumah penduduk.
Dari semua keadaan yang ada pada tempat kerja saya, mungkin danaulah yang menarik perhatian saya. Danau ini diketahui keberadaannya setelah kira-kira 3-6 bulan saya bekerja. Kenapa? Karena danau ini tidak terlihat dari kantor, terhalang oleh rumpun ilalang yang sangat tinggi. Baru tahu mengenai keberadaan danau ini setelah ada berita dari temen kantor bahwa ada orang yang dapet ikan gede dari danau.
Saya yang penasaran, nanya sama dia, "Memang di tempat kita ada danau?". Dia jawab "ada", sambil menunjukkan jarinya ke arah selatan. Terdorong oleh rasa penasaran, akhirnya saya datangin juga danau  itu. Pertama kali melihat jalannya, saya agak ngeri. Penuh ilalang berduri dan rumput yang rimbun sekali. Degdegan waktu itu, takut dipatok ular. Kan kasihan sekali sayah, belom menikah dah mati muda wkwkwkwk.
Setelah celengak celinguk sambil was-was akhirnya saya nemu juga danau itu. Pas saya lihat, wew... sebuah danau yang bagus. Bentuknya persegi empat memanjang dengan air yang sangat jernih. Jatuh cinta pada pandangan pertama rasanya saat itu. Danau ini terbagi dua bagian, disebelah utara dipenuhi rumput ilalang, sedang di bagian utara bersih dari rumput, enak dan cocoklah untuk dipakai tempat memancing sebagai gambarannya.
Suatu hari sepulang kerja saya melihat ada orang yang membawa ikan betik sekeranjang kecil membuat saya terkesima, dipikiran saya saat itu adalah banyak banget ikannya. Tertarik dengan hal itu, saya tanya kepada tetangga, dimana orang itu mendapatkan ikan tersebut. Dia jawab "Di sungai". Sorenya, dengan diantar oleh teman saya pergi ke sungai itu. Ternyata sungai itu lumayan kecil, kalau loncat, kita bisa sampai ke seberang. Ada beberapa orang yang sedang mancing saat itu. Semangat untuk iseng mancing mulai muncul.
Sayapun pergi ke toko pancing. Niatnya beli pancing murah, seharga 5 ribu rupiah, yang jorannya terbuat dari fiber dengan gulungan benang yang terbuat dari kayu. Tiba di toko pancing saya langsung masuk ke dalam, celingak celinguk mencari pancingan yang saya inginkan. Namun memang nasibnya jadi pemancing kayaknya, saya tidak melihat ada pancing yang saya inginkan dan sayapun lupa untuk bertanya kepada pemilik toko. Akhirnya saya minta satu set pancingan yang paling murah yang terdiri dari reel, joran, senar, pelampung, pemberat dan kailnya. Pas keluar, baru saya melihat pancingan yang saya inginkan berada. Melihat itu, saya cuman tersenyum kecut.
Tiba saatnya untuk menjajal pancingan baru, saya lupa apakah di kali atau di danau pancingan itu dicoba. Saat ini saya hanya ingat, jika saya menurunkan pancing tersebut di danau. Ceritanya sepulang kerja, saya mancing bersama teman kerja. Karena saya belum bisa menggunakannnya, dia mengajarkan cara memakai pancing tersebut. Hanya butuh 1-3 kali, sayapun mulai bisa menggunakan pancingan tersebut. Sayang, saat itu ikan tidak ada yang mau memakan umpan kami, baik pelet maupun udang kupas.
Sejak saat itu, mulailah saya sering memancing, paling sering lokasinya di sungai. Beberapa kali saya mendapatkan ikan betik, saingan dengan tetangga saya yang hobi mancing juga. Kami sering berkompetisi dalam mendapatkan ikan. Dengan dia pula, akhirnya saya mendapatkan ikan di danau, walau cuman ikan mas hias.
Cerita Selanjutnya : Mancing di Kolam Bayar