Padahal mereka mendirikan sekolah itu dengan tujuan mulia, biaya mandiri dan secara tidak langsung mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang harusnya ada di pundak pemerintah. Ini bukan masalah tentang sudah adanya pemberitahuan penggusuran dari PT. KAI sejak 3 bulan yang lalu. Ini lebih pada masalah rasa keadilan sosial terhadap pejuang kemanusiaan seperti mereka. Apa yang dilakukan oleh mereka sudah jelas, membantu anak-anak kolong mendapatkan pendidikan demi masa depan generasi anak-anak bangsa yang lebih baik. Kenapa tidak ada bantuan walau hanya sekedar solusi?
Pemerintah yang sudah mengetahui pemberitaan ini sejak 3 bulan lalu pun sepertinya tak menatap perjuangan mereka membantu anak-anak kolong. Kalau boleh jujur, yang harusnya dinamakan pahlawan rakyat masa kini itu adalah orang-orang seperti mereka, yang melakukan suatu tindakan memajukan pendidikan rakyat jelata tanpa ada subsidi bantuan dari pemerintah. Mereka melakukannya dengan dana mandiri, dari usaha sendiri dan juga para donatur rakyat yang memiliki hati nurani sama dengan tujuan mulia mereka.
Ada rasa ketidakadilan yang masuk dalam melihat permasalahan ini. Rasa dimana ada orang yang benar-benar tulus membantu tanpa menghabiskan uang rakyat, malah dibiarkan sendiri, tidak ditemani atau pun diberikan jalan keluar bagaimana baiknya. Apakah pemerintah punya lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan perjuangan pendidikan mulia bagi anak-anak kolong yang mereka bina? Coba tawarkan pada mereka, toh mereka juga membantu pendidikan rakyat kecil.
Tentu perhatian kecil yang datang dari pemerintah akan berdampak besar bagi psikologis rakyatnya. Namun sepertinya pemerintah sibuk mengurusi urusannya sendiri, mengurus anggaran-anggaran milyaran yang katanya untuk rakyat seperti mereka, namun yang diberitakan malah studi banding sambil jalan-jalan keluar negeri dengan biaya rakyatnya. Semoga saja mata hati mereka masih melihat sekilas atau setidaknya melirik dengan hati nurani agar anak-anak yang harusnya dipelihara negara dan diberi pendidikan layak, tidak menjadi gelandangan putus sekolah yang hidup di pinggir-pinggir jalanan negeri tercinta.