Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Off The Record

12 November 2012   08:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:34 253 0
Penulis diundang oleh Mabes Polri dalam rangka .... (Sengaja penulis kosongkan agar pihak-pihak yang terkait tidak merasa terusik).

Seminar yang dilaksanakan bertujuan untuk memberikan "wawasan" dan "penyegaran" kepada para reporter, wartawan media cetak dan televisi, serta tidak ketinggalan para wartawan bodrex dan penulis lepas atau para pengamat di negeri ini. Duh, betapa banyaknya pengamat di negeri ini?. Apa yang luput dari pengamatan nya para pengamat?.

Pembicara dari Mabes Polri mengisahkan tentang kehebatan dan kepiawai-an anggotanya dalam mengungkap, membongkar lalu menangkap jaringan terorisme di negeri ini.

Para pendengar sudah mulai 'ngantuk dan jenuh. Wah, Rehat kopi atau coffee break masih lama?. Pikir penulis. Mulut sudah asem dan pikiran tambah mumet di jejalin doktrin-doktrin tentang betapa pentingnya Hankamnas demi keutuhan NKRI.

Disela-sela kejenuhan para pendengar. Salah seorang wartawan kritis langsung saja menyahut ; "Bagaimana dengan kasus Munir?. Kasus penculikan-penculikan lainnya, kenapa belum bisa diungkap?."

Lampu ruangan tiba-tiba padam.
"Aaargh!. Gubrak! Auuuuw!." Suara hiruk pikuk dari tengah ruang sidang. Seperti suara orang yang terkena pukulan.

"Bukan!, bukan kami,Pak!. Bukan saya yang bertanya tadi!."

Lampu ruang menyala kembali.
Orang yang menyanggah tadi kemudian di papah,lalu diboyong oleh dua orang berbadan tegap dan berkepala cepak.
"Auuuw!." Orang yang digiring itu nampak kesakitan sambil mengelus-elus pipinya yang memar.

"Maaf ya bapak-bapak, ada "kesalah pahaman" sedikit, bapak tadi belum dipersilahkan bertanya... Eh, malah bertanya!. Jadi merusak "skenario" seminar yang sudah kami buat!." Kata sang pembicara mencoba menjelaskan.

"Dan kejadian yang "memalukan" tadi tolong "off the record" ya... Kalau sampai "bocor", Identitas bapak-bapak yang ada di ruangan ini sudah kami catat!." Kata si pembicara lagi.
"Diminta kerja sama bapak-bapak semua demi menjaga keutuhan NKRI, bagi yang membocorkan bisa dikenai tuduhan subversif!."

Penulis melirik ke arah sebelah. Wartawan itu nampak kaku wajahnya, keringat dingin deras mengucur dari pelipisnya.

"Kenapa Pak?." Tanya Penulis pada wartawan disebelah penulis.
"Anu ... Anuuu.. Mmm... (gugup), saya mau pipisss, Mas!."
"Kalau mau pipis, ya ke toilet saja Pak!." Pinta penulis.
"Saya takut... Nanti dituduh subversif!." Kata wartawan itu. "Kasihan istri muda saya, baru nikah tiga bulan masa sudah jadi janda nantinya!."

Tok!, Tok!, Tok!. Terdengar suara palu diketuk. "Bapak-bapak semua harap tenang... ."

Setelah ruang seminar kembali tenang.
"Pokoknya tenang saja, amplop-amplop buat bapak-bapak semua sudah kami siapkan!. Tapi tolong masalah amplop ini "off the record" juga ya, demi kode etik jurnalistik!."

"Setuju!." Suara koor terdengar bersemangat.

"Amplop apa Mas?." Tanya penulis bingung.
"Supaya seminar ini berjalan sesuai dengan "skenario" mereka."

"Maksudnya?." Tanya penulis lagin asli karena penulis benar-benar gak ngerti.

"Mas gak butuh amplopnya?." Tanya wartawan itu.
"Iya, saya butuh isi nya... Hehehe, amplopnya buat Mas saja!." Sahut penulis ceria dan kelihatannya penulis mulai mengerti maksudnya "skenario" itu.
Off The Record, 121112

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun