Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ada Mereka di Hatiku (part 5)

15 September 2011   01:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:57 89 0
-saat jam makan siang-

Dari kejauhan kudengar langkah high heels, langkah memperdengarkan bahwa sang empunya kaki sedang diliputi rona bahagia, akh jadi tak tega meluruhkan semburat cerianya. Baiklah untuk kali ini, karena sudah beberapa kali Rei mengajakku lunchbreak bareng selalu ku tolak. Sekalipun sejujurnya aku senang sekali, tapi aku tak mau terlampau jauh memasuki ke kehidupannya. Aku merasa tak layak untuknya, itu saja.

"Abiii... Sudah selesaikan, walau belum pun aku akan paksa kamu.", tibatiba saja wanita itu sudah ada di hadapanku dengan rambut dikuncir, dan poni dibiarkan menjuntai. Cantik! Entah kenapa siang itu Rei terlihat berbeda, dan tanpa sadar aku terbengong-bengong dibuatnya.

"Abi... Hellooo... Abiii." Rei menyadarkan aku dengan mengibas-ibaskan jemarinya di wajahku.

"eh Rei... Sorry, tadi kamu bilang apa?"

"ah kamu, bi. Terpesona ya lihat aku. Ya ya ya, by the way udah rapih kan. Yuk ah cap cus."

"Cieee... Tunggu traktirannya nih." kata Doni Dkk, yang lewat meja kerjaku. Aku hanya mengacungkan jempol, entah apa yang aku maksudkan.

"Belum sih, tapi... Ya sudah yuk..."

***

Dua puluh lima menit kemudian aku dan Rei sampai di Cafe Toscana, setelah memarkirkan mobil Jazz warna kuning, kami masuk dan mencari tempat yang view-nya bagus. Aku baru kali ini, tempat makan yang lumayan berkelas.

Setelah menemukan tempat duduk yang diinginkan ku tarikan kursi untuk Rei dan aku duduk di hadapnya.

"Waiter...!" Rei menjentikan jari dan sang pelayan segera datang. Dan waiter itu menyerahkan tabel menu.

"Kamu mau menu apa bi?" Rei bertanya padaku yang sedang sibuk memilih makanan yang asing bagiku, yang kutahu cuma pizza. Jadi...

"Pizza frutti di Mare," kataku entahlah pizza macam itu, kupikir pizza bertoping buah.

"Minumnya, bi?"

"Lemon tea aja..."

"Pizza frutti di Mare, satu. Spaggeti Bolognaise, satu. Lemon tea, du. Terima kasih." kata Rei

"Terimakasih, kembali." lalu waiter itu berlalu dari meja kami.

"Gimana bi tempatnya? Kamu baru kali ini kan, kesini?" Rei tanya pendapatku.

"Tempatnya nyaman, cozzy, ya untuk kencan pertama kita cukup berkesanlah. Haha..." kataku sambil diselingi candaan penuh kode.

"apa sih bi, kencan? Aku sih gak mau kencan denganmu di tempat seperti ini." Rei menyiratkan rona malu-malu.

"lalu kau ingin kencan seperti apa, mungkin bisa aku wujudkan." Entah mengapa kali ini aku tak gugup, dan lebih mencair.

"ah kau bi, tumben biasanya diem aja kalo berduaan denganku. Hmm... Aku ingin kencan di taman, malam-malam, sepi, cuma ada suara jangkrik, cahaya kunang-kunang dan kau tentunya."

"aku pun gak tau, kenapa aku bisa agak mencair denganmu, eh ya ampun es kali mencair. Hmm... Nyari kunang-kunang di jakarta? Sulit Rei."

"usaha dikit apa menyenangkan aku, gak perlu di jakarta, kau boleh ajak aku kabur ke puncak. Eh iya, di dekat villa papahku ada telaga. Di sana masih banyak kunang-kunang."

Waiter datang dengan membawa dua gelas lemon tea. "lemon tea-nya, bu." kata waiter.

"Cheers...!" Rei mengangkat gelasnya dan bersulang seolah sedang menikmati wine. Aku pun mengikutinya.

"Ngomong-ngomong gimana anak asuhmu bi?" aku terkejut entah kenapa tibatiba Rei menanyakan itu, bukankah biasanya sangat antipati.

"Baik, ..." jawabku masih terheran-heran.

"oia, tadi kau belum cerita apa yang terjadi di dalam ruangan bu Dina."

"oh, itu tadi bu Dina mau jadi donatur tetap buat anak asuhku."

"hmm... Aku pikir kau mau dipecat."

Waiter datang lagi dengan membawa pesanan kami, "Pizza Frutti Di Mare," waiter meletakannya di depanku dan "Spaghetti Bolognaise," sambil meletakannya di hadapan Rei. "Terimakasih," kataku. "Terimakasih kembali. Selamat makan bapak, ibu," kata waiter kembali. "Oke Bon appetitte." Kata Rei.

Setelah beberapa menit, hidangan terlumat habis. "Gimana bi, enak?"

"Delicious," kataku

"Eh udah jam berapa ini?"

Sambil kulirik jam di tangan kiriku, "jam 12.40 Rei, balik kantor yuk."

"yuk, waiter minta bill-nya." dan waiter datang menyerahkan bill.

"Aku aja yang bayar, Rei."

"hei, aku yang ngajak kau, berarti aku bayar. Tapi kau lain kali yang harus mengajakku." kata Rei sambil menyerahkan kartu kreditnya.

Dan tak beberapa lama weiter datang lagi mengembalikan kartu kredit Rei. "yuk bi," ajak Rei. Dan kami meninggalkan Cafe Toscana menuju kantor.

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun