Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jaran Kepang dan Pengamen Jalanan

15 Februari 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 309 1

Sekarang kesenian jaran kepang tak nampak rupa sebagai hiburan rakyat lagi. Dengar-dengar banyak grup kesenian jaran kepang terpaksa bubar. Ya mau gimana lagi, wong tidak ada yang mau nanggap kesenian ini. Dan tongkat estafet itu kemudian di pegang pengamen jalanan. Mereka yang masih cinta dengan kesenian ini kerap memainkan jaran kepang sebagai lahan mencari uang. Tak jarang aksinya ini hanya bisa memperoleh imbalan uang recehan. Siapa yang mau peduli “pengamen”. Sungguh tragis nasib keduanya. Jaran kepang dan pengamen jalanan.

Saya sendiri berpendapat bahwa pengamen tersebut pantas disebut pahlawan. Mengapa? Mereka telah memperjuangkan kesenian khas asli Indonesia yang terseok-seok mencari penghidupan di negerinya sendiri. Karena seharusnya kesenian tersebut muncul dan tercipta sebab kerinduan akan penghiburan dari warga masyarakat, bukan untuk mencari uang. Coba kita merenung sejenak. Mengapa Malaysia berkali-kali mengakui budaya kita sebagai budayanya? Itu akibat kita lalai merawat budaya sendiri. Masih untung ada pengamen yang bersedia merawat dan terus membangun memori kolektif akan kesenian tersebut. Patutnya kita berterima kasih kepada mereka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun