Hal tersebut disampaikan oleh banyak orang hebat dan sukses. Misalnya Mario Teguh, motivator yang sangat piawai bersilat lidah. Katanya, yang penting bukan apa yang terjadi, tetapi bagaimana respon kita terhadap kejadian itu.
Setuju?
Pakar hipnoterapi dan NLP juga demikian. Mereka mengatakan semua hal di luar diri kita netral. Tidak bermakna apapun. Kitalah pengendalinya. Jika Anda masih terpengaruh oleh hal-hal di luar diri, maka Anda belum menjadi pengendali diri sendiri. Anda masih dikendalikan oleh pihak lain.
Dalam ilmu komunikasi, komunikasi dengan diri sendiri jauh lebih sering dibandingkan komunikasi dengan pihak luar. Perbandingannya bisa sampai ratusan ribu kali lipat. Setiap saat, manusia berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Kepiawaian berkomunikasi dengan diri sendiri, menjadi hal dasar sebelum berkomunikasi dengan pihak luar. Jika kita sudah mampu berkomunikasi secara baik dengan diri sendiri, maka apapun yang terjadi di pihak luar tak akan berpengaruh banyak.
Selaras bukan?
Maka jika masih ada orang yang buruk dalam berkomunikasi dengan pihak lain, sudah bisa dipastikan komunikasi dengan diri sendirinya buruk. Ketika ada orang yang suka menghujat, menyalahkan, mencerca, mencela orang lain dengan gegap gempita, sesungguhnya dia sedang menghujat, menyalahkan, mencerca dan mencela dirinya sendiri. Orang yang komunikasinya dengan pihak lain demikian, maka komunikasi dengan diri sendirinya pun pasti demikian.
Itulah sebabnya, kemampuan berkomunikasi dengan diri sendiri sangat penting. Perbaiki dulu komunikasi dengan diri sendiri. Introspeksi dulu. Jika sudah selesai, silakan menghujat, mencela, mencerca pihak lain... kalau bisa. Kenapa? Karena biasanya orang yang sudah mampu introspeksi diri, mengukur diri, dan memperbaiki komunikasi dalam dirinya, maka dia tidak akan mampu untuk menghujat, mencela atau mencerca pihak lain. Dia akan menyayangi dirinya sendiri...
@NasihatSukses:
Orang yg suka mencela, menghujat, mengkritik biasanya adalah orang yg sombong krn merasa diri sudah lebih baik dari orang lain.
Sebuah nasihat amat baik dari sebuah akun twitter @NasihatSukses. Saya tidak tahu siapa pemilik akun ini. Semoga diizinkan untuk menampilkan salah satu tweetnya di tulisan ini. Isinya bagus. Sebagian besar atau mungkin semua orang sukses enggan untuk menghujat, mencela atau mengkritik secara membabi buta. Dia malu kepada dirinya sendiri.
Ternyata dalam agama yang saya anut, menghujat dan sejenisnya ini juga amat terlarang.
Islam memandang menghujat dan berkata tidak senonoh sebagai perbuatan tercela dan tidak terpuji. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt mengharamkan surga bagi orang-orang yang gemar menghujat, berkata-kata buruk dan kurang malu yang tidak tahu menjaga omongannya.”
Sungguh, kita mesti lebih berhati-hati. Urusannya bukan hanya dunia, melainkan juga akhirat. Saya menyayangkan sikap sebagian kecil kawan-kawan Kompasianer yang masih suka menghujat terutama di bagian komentar dan menanggapi tulisan pihak lain. Ingatlah, bahwa hujatan, cercaan dan celaan Anda akan balik dampaknya terhadap diri Anda sendiri.