"BBM naiiiik, SBY turuuun!!!", saya sering melihat slogan tersebut dalam PM(Personal Message) dalam BlackBerry Messenger teman saya yang menjadi aktivis atau bahkan Display Picture-nya setelah melakukan demo sambil membawa-bawa kertas manila besar dengan huruf tebal dan besar yang berarti menantang. Kalau slogan ini sampai diucapkan oleh masyarakat pasti disini ada yang salah, bagaimana bisa masyarakat yang harusnya menghormati pemimpinnya malah menyuruhnya turun dari pangkatnya. Ada yang nggak beres. Kalau sudah begitu, dana dari presiden segera meluncur untuk menyelamatkan perekonomian rakyat yang sekarang dinamai BLS (Bantuan Langsung Sementara, sebenarnya saya agak lupa antara Bantuan Tunai Sementara atau Bantuan Langsung Sementara, intinya itu)m anggaran segera duluncurkan sekitar 25 triliun. Jumlah yang fantastis ya, pasti rakyat langsung senang. Ehm... tapi tunggu dulu, itu duit nggak langsung mengalir ke rakyat kan? pasti ke "makelar"nya dulu dan tinggal menunggu waktu rakyat mengantre sampai ada yang meninggal atau paling ringan pingsan tapi dana bantuan yang mereka dapatkan nggak seberapa. Apakah presiden akan kaget atau cuma nyengir kuda kaya biasanya sambil mengucap "me gusta"¹ kaya yang biasa kita temuin dalam blogger daily life mahasiswa jaman sekarang serta berita mengisukan dana bantuan digarong, ah udah biasa. Apakah yang biasa terjadi ini harus menjadi suatu kewajaran?, lalu bagaimana dengan ideologi kita yang sebegitu memuja kesejahteraan rakyatnya? masa iya itu cuma hiasan dinding kelas yang makin hari bukannya makin merasuk untuk keseimbangan hidup justru cuma berdebu dan kaca yang membingkainya makin buram.
Pertanyaan saya yang kedua, kepada siapa dana ini akan dikucurkan sebagai sarana penghidupan rakyat?. Kalau tadi sempat lihat liputan di metro tv bersama Faisal Basri, salah satu pengamat ekonomi di Idnonesia berpendapat (maaf ya kalau agak berbeda, tapi intinya sama), "... dana ini harusnya diberikan kepada masyarakat yang produktif dan mempunyai kendaraan bermotor untuk bekerja, bukan orang miskin karena orang "miskin" kan nggak punya motor". Cukup lugas ya kalau kita telaah dan ada benarnya juga beliau mengatakan seperti itu sebagai pengamat, tetapi yang masih menggelitik saya bagaimanakah nasib orang kecil yang terkena imbasnya pada bahan makanan pokok sehari-hari yang ikut-ikutan naik padahal sebetulnya nggak ada hubungannya
lawong pendistribusiannya aja beda. Apa mungkin ada tanda kutip dalam pendistribusiannya yang biasa kita bilang "uang jalan"?, ngelesnya rada-rada ironi ya hahaha.
_______________________________________________________________________________
¹ bisa kita temuin disiniÂ
http://www.yeahmahasiswa.com
KEMBALI KE ARTIKEL