28 Oktober 2011 15:14Diperbarui: 26 Juni 2015 00:22831
Buku itu seperti menyanyi padaku saat kugenggam. Nyawanya seperti berserah di tanganku, kuhabisi atau kutangisi. Memoarmu seakan terpatri di situ, padahal aku tak pernah menuliskan namamu disana. Aku hanya mengingatmu ketika memeluk kalimat-kalimat cinta dan mengatakannya jujur di depan bayanganmu. Belahan jiwaku, hilangnya kunang-kunang yang selalu berpendar malam hari di taman belakang bukan salahmu. Mungkin aku yang kurang bisa merawatmu atau menghias taman yang kau sukai untuk kamu singgah. Selepasmu dari taman itu, aku tetap berdoa dengan mimpi-mimpi cahaya yang lebih terang disana. Nafasmu, sentuhanmu, binarmu, dan pelukmu masih tersimpan dalam buku yang tak pernah ada namamu
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.