Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Belum Ada Judul

13 Juni 2024   11:31 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:33 82 0
Berjalan dengan naluri emosional hingga lupa bergandeng dengan hal yg rasional. Sejauh mata memandang tak terlihat pengindraaan, sekejap mulut menutup gagasan bangsawan, ada apa hari ini? apakah aku, kamu, kita sudah bahagia?

Hahahaha
Untuk sejenak berjalan melihat budak dengan pencitraan organisatoris sedang berdiskusi seakan pemimpin yang tak akan mati, egois dan angkuh tanpa letih diiringi dengan ide tanpa arti, yah mereka yang katanya idealis tanpa realistis.

Memang banyak ide emas di dalam ruang pemikiran yang katanya intelektual, apa artinya emas itu jikalau hanya bisa berdiam diri dan merenungi di dalam tanah tanpa digali? ada saja tingkah laku komika meminta validasi dengan citra para nabi.

Berpendidikan dengan setinggi mungkin sehingga yang bertambah omongan bukan kebijaksaan. Apa arti sarjana jikalau tak bisa sederhanakan kata?
apa arti sarjana jikalau tak bisa berbuat apa-apa ?
apa arti sarjana jikalau konotasi sebagai mahasiswa hanya sebagai gaya?
apa arti sarjana jikalau hanya bisa membuat masyarakat lara?

Kalangan pemegang peradaban yang progresif agak terlihat mulai agresif, berjuang dengan membentuk harapan makna berdarah dengan beban stigma, kalangan filsuf mulai merancang bagaimana dunia ide dari plato terealisasikan, kalangan puitis merenung bagaimana syair Abu Nawas dikalahkan, sedangkan kalangan pedagang merintis dan memikirkan bagaimana supaya omset bisa setara dengan Elon Musk.

Sembari imajinasi berdanska dengan musik reage tanpa henti, sepenggal lirik awam untuk para petinggi di setiap lembaga "Kebijaksanaan abadi yang fana itu keegoisan".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun