Menyaksikan kedatanganku, Bulik Rinten tampak berbinar wajahnya. Wajah yang selalu mengingatkanku pada matahari fajar tak bercadar awan. Sungguhpun luka hatinya belum sembuh sesudah dicerai Paklik Harja tiga bulan silam. Memang, ia sangat piawai untuk menyembunyikan rasa kedukaan pada orang lain.
KEMBALI KE ARTIKEL