Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Rebung Ajaib Masa Kejayaan

20 Juli 2023   20:02 Diperbarui: 20 Juli 2023   20:12 249 5


@Cerpen_Penadebu_Di sebuah desa kecil yang terletak di Desa Sidomulyo, kecamatan Sempu kab. Banyuwangi, Jatim, hiduplah seorang bocah laki-laki bernama Suwardi pada tahun 1975. Setiap hari setelah pulang sekolah, Suwardi selalu bergabung dengan Bapak nya, Pak Suryanto, untuk mencari rebung di dalam hutan. Bapak nya adalah seorang ahli dalam mencari dan mengolah rebung, yang merupakan makanan favorit penduduk desa.

Suwardi sangat menyukai rutinitas ini. Ia menyaksikan dengan penuh kagum bagaimana Bapak nya dengan cekatan mengenali jenis rebung yang berbeda dan memanennya dengan hati-hati tanpa merusak lingkungan sekitarnya. Setelah itu, mereka berdua akan pulang dengan hati gembira, membawa rebung-rebung segar yang akan diolah di rumah.

Malam harinya, setelah makan malam, Pak Suryanto dan Suwardi akan bekerja bersama-sama mengolah rebung. Mereka membersihkan, memotong, dan menyimpan rebung-rebung itu dengan rapi. Meskipun tugasnya berat, Suwardi merasa senang karena bisa belajar banyak hal dari Bapak nya. Suasana hangat di dapur mereka selalu dipenuhi dengan tawa dan canda.

Suwardi sambil mengangkat sebilah pisau dan tersenyum, "Bapak , mari kita mulai mengolah rebungnya!"

Pak Suryanto tersenyum bangga, "Baik, Suwardi! Ayo, kita bersihkan rebungnya terlebih dahulu."

Mereka duduk di meja, bersebelahan, dengan tumpukan rebung di depan mereka. Pak Suryanto memulai dengan membimbing Suwardi tentang cara membersihkan rebung dengan hati-hati, menghilangkan bagian yang tak diperlukan dengan cermat.

Suwardi fokus dan bersemangat, "Ini sangat menarik, Bapak . Saya belum pernah melihat rebung sebersih ini sebelumnya."

Pak Suryanto tersenyum puas, "Kamu pandai, Suwardi. Pelajarannya sudah kamu serap dengan cepat."

Sambil terus membersihkan rebung, mereka saling berbicara tentang berbagai hal. Bapak  dan anak itu berbagi cerita tentang hari-hari mereka, kejadian menarik di desa, dan juga memperbincangkan tentang bagaimana menghormati alam dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Suasana yang semula serius berubah menjadi penuh tawa dan canda. Ketika Suwardi melakukan kesalahan kecil saat memotong rebung, mereka berdua tertawa dengan riang.

Suwardi tersenyum malu, "Ups, maaf, Bapak . Kurang hati-hati."

Pak Suryanto tertawa, "Tidak apa-apa, Suwardi. Kita belajar dari kesalahan, kan?"

Setelah rebung-rebung bersih dan siap, mereka melanjutkan dengan memotongnya sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.

Suwardi kagum, "Bapak, Bapak benar-benar ahli dalam mengolah rebung!"

Pak Suryanto merendah, "Terima kasih, Suwardi. Semua ini berkat pengalaman dan latihan selama bertahun-tahun."

Setelah selesai mengolah rebung, mereka meletakkannya dalam wadah-wadah bersih dan rapi. Suwardi merasa begitu bangga dengan hasil kerja kerasnya bersama Bapak nya.

Suwardi bersyukur, "Terima kasih, Bapak, karena telah mengajari saya segala hal ini. Saya merasa begitu bahagia bisa belajar dari Bapak."

Pak Suryanto mengusap kepala Suwardi lembut, "Kamu anak yang pandai dan rajin belajar, Suwardi. Bapak bangga memiliki anak sepertimu."

Malam itu, saat dapur mereka bersih dan rapi, Suwardi merasa puas dan bahagia. Ia tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang mengolah rebung, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang berharga dari sang Bapak . Suasana hangat di dapur mereka adalah bukti dari kebersamaan dan kasih sayang yang mendalam di antara mereka.

Keesokan paginya, sebelum matahari terbit, Suwardi dan Pak Suryanto pergi ke pasar. Kebahagiaan menghiasi wajah mereka saat melihat pelanggan senang mendapatkan rebung segar dari hasil kerja keras mereka. Uang yang mereka peroleh dari penjualan rebung digunakan untuk kebutuhan keluarga dan sedikit tabungan untuk masa depan.

Suwardi memiliki seorang teman baik bernama Poniyah. Mereka selalu bersama, bermain, dan belajar bersama di sekolah. Poniyah sering berkisah tentang masa kecil mereka yang penuh dengan keceriaan. "Tidak ada anak yang mengeluh atau sedih, Pak, di zaman itu," ucap Poniyah kepada Pak Suwardi sambil tertawa. "Kami selalu riang gembira dan penuh ceria."

Suwardi setuju dengan perkataan Poniyah. Mereka berdua sewaktu kecil sering membantu orang tua mereka dalam berbagai hal tanpa merasa beban. Bekerja bersama di sawah, membantu menyusun hasil panen, atau membantu ibu-ibu memasak di dapur adalah kebahagiaan tersendiri bagi mereka.

Di sela-sela membantu orang tua, Suwardi dan Poniyah punya banyak waktu untuk bermain. Mereka berlari-larian di antara pohon-pohon besar, bermain layang-layang, dan mengejar-ngejaran. Setiap momen itu berharga, dan mereka tak pernah merasa bosan atau kesepian.

Sewaktu kecil tak jarang pula mereka menyusuri hutan dan mencari petualangan. Suwardi dan Poniyah gemar mendengarkan cerita-cerita mistis dari para tetua di desa. Mereka merasa penuh keajaiban dan keberanian saat menjelajahi dunia yang masih misterius bagi mereka.

Suwardi tumbuh menjadi anak yang ceria, pandai, dan penuh tanggung jawab. Dia menghargai masa kecilnya yang penuh kebahagiaan dan ketakutan dengan begitu banyak kenangan yang membekas. Suwardi dan Poniyah, dua sahabat masa kecil, tetap menjaga persahabatan mereka seiring berjalannya waktu, terus berbagi tawa, dan memori indah di masa kecil yang penuh dengan keceriaan dan petualangan yang tak terlupakan. Setelah mereka dewasa Suwardi menjadi Kepala Sekolah di Sepaku dan Poniyah menjadi Kepala Sekolah di Waru.
 
Babulu, 20 Juli 2023
#Penadebu_Cerpen_ Rebung Ajaib Masa Kejayaan


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun