By : Nicho Silalahi.
sore disebrang istana.
berdiri dibawah payung hitam.
memeluk sebuah poster.
bagi dia yang dipaksa hilang.
sore disebrang istana.
ketika rambut terus memutih.
meski raga terbalut kriput.
namun semangat tak pernah surut.
sore disebrang istana.
seperti kamis - kamis yang lalu.
menuntut keadilan pada tuan penguasa.
untuk dia yang tak pernah kembali.
hai kau.!
ya kau.!
penguasa didalam istana.
apakah kau berhati laknat.?
hingga tak punya waktu sedetikpun bagi mereka.
hai kau.!
ya kau.!
masih terus bersembunyi dibalik tentara.
dimana berada anak,suami,bapak dan saudara mereka.?
hingga kau takut berbicara yang sebenarnya.
dan kau.!
anjing - anjing yang mengabdi pada istana.
bukankah anak mereka teman seperjuanganmu.?
bukankah suami mereka teman seperjuanganmu.?
bukankah bapak mereka teman seperjuanganmu.?
bukankah saudara mereka teman seperjuanganmu.?
kemana suaramu yang lantang dulu.?
kau.!
cuih.!
anjing - anjing yang mengabdi pada istana.
dimana kau taruh suara keadilan yang kau teriakan dulu.?
saat kau duduk bersama jendral dan melihat mereka.
dengarlah.!
dengarlah anjing - anjing yang mengabdi pada istana.
meski dia didalam tanah.
walau tulangnya tercerai - berai.
meski batu nisan tak pernah jadi tanda.
teriakan keadilan tak pernah bisa kau bungkam.
ingatlah.!
ingalah anjing - anjing yang mengabdi pada istana.
dia yang tak pernah kembali akan menuntut balas.
membalas penghianatan atas perjuangan kalian dulu.
hingga keseluruh generasimu yang akan datang.
NFG-Sekret Fitra, Medan
09 juli 2012 06:31 WIB