"Ah, hilal mengapa begitu cepat datang," kembali Jumadi mengeluh dalam kesendirian.
Jumadi membayangkan wajah istrinya dan ketiga anaknya. Masih teringat betul, satu persatu wajah mereka menampakkan keceriaan saat menyambut Idul Fitri tahun lalu. Sebelum-sebelumnya, bagi keluarga Jumadi, Idul Fitri memang identik dengan baju baru.
Jumadi kini dalam kebingungan. Setelah dirumahkan oleh manajemen pabrik garmen tempatnya bekerja, Jumadi berada pada kondisi ketidakberdayaan. Bukannya dia tidak berusaha. Kesana kemari dia mencari kerja. Tapi tetap pulang dengan tangan hampa.
Penampakan hilal tidak memberi kebahagiaan bagi Jumadi. Hilal kini jadi sesuatu hal yang menakutkan bagi dia. Kedatangannya sangat tidak diharapkan. Hilal hanya menambah masalah baru, dari masalah yang kini dihadapi Jumadi tanpa berkesudahan.
Jumadi tak pernah lagi memegang uang gaji lagi. Uang pesangon sudah habis untuk menutupi sebagian utang. Dia juga belum lepas dari jeratan utang lainnya. Motor yang satu-satunya jadi tumpuan sudah tak ada karena disita. Jangankan untuk mencicil motor, dia sendiri kesulitan untuk memberi makan anak istrinya.