Termasuk Fandi, dia tidak bisa diam di rumah. Walau sudah dapat pemberitahuan tidak perlu kerja di kantor, Fandi tetap keluar rumah. Selidik demi selidik, di Bulan Ramadan ini dia merintis jualan makanan untuk takjil. Dia bergabung dengan warga lainnya yang membuka lapak di pinggir jalan.
Marcella, istrinya sempat kesal juga dengan perilaku Fandi. Namun dia tidak bisa mencegah kalau suaminya sedang merintis usaha baru. Di sisi lain, Marcella pun tetap menyimpan kekhawatiran, suaminya berada di kerumunan massa. Jangan-jangan nanti tertular virus corona. Marcella akhirnya mengingatkan Fandi.
Marcella: Papah, kok nekat sih jualan sop buah di pinggir jalan.
Fandi: Kenapa, Mamah malu. Gengsi ya, kalau suaminya ikut jualan di jalan.
Marcella: Enggak malu sih. Cuma Papah dapat untung berapa, kan risikonya ada juga.
Fandi: Sudah Papah perhitungkan. Usaha ini risikonya kecil. Malah jualan sop buah di Bulan Ramadan, pembelinya cukup banyak.
Marcella: Maksud Mamah, bukan risiko jual belinya. Sekarang kan, virus corona masih ada dimana-mana. Lagi pula pandemi covid19 belum mereda. Sementara Papah berada di kerumanan massa.
Fandi: Papah jualan sop buah untuk mengikuti trend pandemi, Mah.
Marcella: Ah, malas. Papah kalau ngomong suka ngaco.
Fandi: Papah jualan sop buah, pandemi dapat uang, pandemi beli baju lebaran, pandemi bisa masak opor ayam, pandemi membahagiakan Mamah.
Marcella:?/#@!%$*&^+($)...pandemi kian.***