Ada beberapa kenangan yang tidak bisa saya lupakan selama menjalani profesi pedagang kacamata, sepulang sekolah. Pertama, saya selalu punya uang setiap hari dari penjualan kacamata. Di hari pertama saya berjualan saja, sudah laku dua kacamata.
Saya tidak pernah malu, pulang sekolah mangkal di Jalan Karanggetas menjajakan kacamata. Justru yang ada rasa senang, masih sekolah kelas satu SMP sudah memiliki uang sendiri. Mau beli apa saja, pakai uang sendiri. Dari hasil jualan kacamata, saya bisa beli sepeda. Tidak tanggung-tanggung bisa beli dua sepeda, yang satu buat adik. Harga sepeda waktu itu masih Rp 25.000.
Mau beli apa lagi? Beli bola sepak yang dulu dikenal dengan sebut bliter, saya pakai uang sendiri. Harganya cuma Rp 5.000,00. Hobi juga main bulutangkis, sampai juara dua tingkat tujuhbelasan, modalnya punya raket beli sendiri. Saya beli merek Yonex Blaken seharga Rp 14.000,00.
Jangan ditanya lagi kalau beli keperluan sekolah. Semacam tas, sepatu, dan baju seragam. Semua pakai uang sendiri tanpa merepotkan orangtua. Walau kehidupan orangtua saya sangat pas-pasan, namun masa itu saya sudah bisa hidup mandiri. Itulah kenangan pertama selama menjadi pedagang kaki lima, tiap hari selalu memegang uang.