Boleh dikata, setiap Bulan Ramadan, seperti ada anggapan uang Rupiah besok tidak laku. Tidak heran jika banyak orang yang memegang uang, buru-buru saja membelanjakannya. Penarikan uang di bank juga cukup tinggi. Berbekal uang dari tabungan langsung saja mendatangi pasar, toko, atau supermarket membeli makanan yang sesuai selera.
Uniknya, makanan-makanan yang dibeli, sebenarnya tidak butuh-butuh amat untuk dikonsumsi. Dibawa dari pasar, cuma disimpan di lemari makan atau meja, sudah selesai. Dari gambaran itu, ada kesan mubazir. Bukankah uang yang dimiliki bisa digunakan hal-hal lain yang sangat mendesak.
Kekalapan masyarakat dalam membeli makanan, sudah lama ditangkap oleh sejumlah pelaku usaha. Mulai dari perajin rumahan hingga pengusaha besar, mereka berani memproduksi makanan dalam jumlah banyak saat memasuki Bulan Ramadan. Demikian juga di level pedagang pasar dan pemilik supermarket, sebagian besar berani menyetok barang lebih banyak dari hari-hari biasa.
Para perajin dan pedagang makanan tidak perlu merasa khawatir, produk makanannya tidak laku. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, berapa pun barang dagangan yang distok, sudah habis sebelum Idulfitri tiba. Mereka tinggal menghitung keuntungan.