Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Drakor Lawan Game Online, yang Kalah Kompasianer

7 April 2020   10:32 Diperbarui: 31 Juli 2024   15:03 360 6
Tak heran jika selama kebijakan diam saja di rumah diberlakukan, TV chanel Korea semacam TVN, KBS, Arirang dan K+ mengalami kenaikan rating. Khusus untuk suguhan drakor, kenapa  lebih disukai, ternyata alasannya sangat sederhana. Menurut sejumlah kaum hawa, drakor ceritanya/episodenya jarang yang panjang. Bahkan ada yang cukup 16 episode saja, sudah tamat.

"Jadi tidak capek nontonnya. Beda dengan sinetron-sinetron Indonesia. Ceritanya panjang sekali. Sudah gitu, alurnya berputar-putar. Kadang cerita diulang lagi. Kita tidak tahu kapan akan selesai. Kalau drakor ceritanya cepat habis," kata Melani, mahasiswi Unpad.

Dia menambahkan, sinetron Indonesia sudah episodenya panjang, ternyata tidak tamat lagi. Pakai acara bersambung segala. Ada bagian kedua atau sampai ketiga, capek deh.

Sementara seorang karyawati Eva mengatakan, cerita-cerita dalam drakor lebih mudah dipahami karena bumbunya tidak terlalu berbunga-bunga. Apa yang diceritakan masih bisa diterima nalar. Khayalannya tidak begitu diumbar. Tidak mengumbar mimpi-mimpi yang membuaikan.

Jangan diganggu
Makanya kalau kaum hawa lagi anteng nonton drakor jangan coba-coba mengganggunya. Urusannya jadi panjang. Biarkan mereka dengan dunianya. Cuma sekarang para penggemar drakor harus berhadapan dengan penggemar game online. Pelaku game online biasanya anak-anak muda.

Seperti halnya penggemar drakor, pelaku game online juga semakin menggila selama diberlakukannya stay at home. Anak-anak yang masih sekolah jadi punya waktu luang yang lebih bermain game online karena sekolah diliburkan. Tugas yang diberikan sekolah tidak terlalu banyak, pagi hari setelah ada kontak dari guru, saat itu juga kegiatan belajar selesai.

Siang hari sampai ke malam, seperti tidak ada kegiatan lain, hanya bermain game online. Sesama anak sekolah melakukan kontak dan permainan online pun dimulai. Berisiknya minta ampun. Teriakan saling mengingatkan dari pelaku game online, atau ocehan kekecewaan karena gagal melakukan misi, hingga sesekali terdengar umpatan kasar, jadi bukan barang aneh.

Kalau sudah demikian, maka akan terjadi friksi. Antara penggemar drakor dan pelaku game online akan saling pandang. Mereka merasa saling terganggu. Cuma jangan buru-buru dulu menarik kesimpulan. Mereka saling terganggu bukan karena yang pertama asyik nonton drakor hingga abai tugas di rumah, atau yang kedua sering mengeluarkan kata-kata umpatan.

Mereka saling terngganggu karena berebut kuota internet jaringan di rumah. Pelaku game online, kadang merasa permainannya terganggu karena ngeleg. Lemot sekali permainannya. Solusinya agar internet lancar kembali, harus dimatikan dulu. Memang jaringan internet setelah dimatikan akan normal kembali, namun karena dimatikan maka tontonan drakor pun akan terhenti sementara. Nah, kalau sudah demikian siapa yang menang dan kalah?

Tidak ada yang menang. Yang ada cuma yang kalah. Yang kalah, yakni Kompasianer. Karena jaringan internet kuotanya sudah jadi rebutan penggemar drakor dan pelaku game online, Kompasianer akhirnya gagal terus menayangkan tulisan dan foto lewat laptop! (Anwar Effendi)***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun