Keuletan Ibu Lilis dalam berusaha secara mandiri patut diacungi jempol. Dia tidak pernah mengeluh. Dalam kesederhanaannya, pantang bagi dia untuk meminta-minta. Walau usianya semakin senja, semangatnya patut dicontoh.
Seusai shalat Shubuh, dia sudah meracik adonan nasi kuning. Pukul 05.30 dia sudah mengeluarkan dasaran di depan rumahnya. Para pelanggannya yang sudah hafal, pasti langsung memesan. Biasanya ibu-ibu yang tak sempat masak, membeli nasi kuning Ibu Lilis, untuk sarapan anaknya yang mau berangkat sekolah pagi.
Ibu Lilis merasa beruntung, suaminya sering membantu mempersiapkan segala macam terkait penjualan nasi kuning. Bantuan Bapak Hari berupa menggoreng kerupuk hingga mengemasnya, menggoreng bawang hingga ikut membantu memasukan nasi pesanan pelanggan ke kantong plastik.
Durasi jualan Ibu Lilis juga tidak terlalu lama. Pukul 06.30 kadang sudah habis. Pelanggan yang datang pukul 07.00 kadang tidak kebagian. Kalaupun ada sisa, paling satu atau dua porsi saja, sedangkan pembeli kadang ada yang pesan sampai lima porsi.