Saya minta beberapa tusuk sate ulat digarang dulu. Setelah dianggap sudah layak konsumsi, saya langsung melahapnya. Habis juga. Betul rasa gurih sangat dominan. Pantas saja warga Halmahera Barat menyukai ulat sagu. Nikmatnya nendang.
Menurut warga setempat, sebenarnya tidak masalah ulat sagu ditelan langsung dalam keadaan hidup. Penduduk setempat sejak anak-anak sudah tidak asing dengan ulat sagu.
Bedanya ulat sagu yang masih hidup saat dimakan, ada rasa asam. Untuk menambah kenikmatan, biasanya warga setempat mengonsumsi ulat sagu dengan campuran sambal colo-colo. Sambal ini sangat familier di Indonesia timur.
Racikannya pun sangat sederhana. Bahan sambal colo-colo berisikan campuran bawang merah, bawang putih, tomat, cabe rawit, dan jeruk nipis. Bahan-bahan itu diiris tipis-tipis dan diaduk dengan kecap manis/asin secukupnya.
Ulat sagu yang sudah digarang langsung dicelupkan di sambal colo-colo dan dimakan. Cita rasanya luar biasa. Sambel colo-colo juga sering dimanfaatkan untuk teman kuliner lainnya.
Di Halmahera Barat terkenal juga pisang goreng. Tapi beda dengan pisang goreng kebanyakan yang diselimuti tepung. Pisang goreng di sana, tanpa campuran tepung. Jenisnya juga hanya ada di daerah setempat. Namanya pisang groho.
Pisang groho diambil sebelum matang benar. Pisang groho bisa dibelah tipis atau langsung satu biji digoreng. Setelah dientaskan, pisang tersebut siap dikonsumsi dengan kembali dicocolkan ke sambal colo-colo.(Anwar Effendi)***