Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menggugat “Cabul” dalam Sastra

15 Desember 2009   01:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56 405 0
Pembicaraan sastra "cabul" atau "satra kelamin" sebenarnya sudah lama heboh di Jakarta sejak beberapa karya sastra yang ditulis oleh sastrawan kekinian kerap mendeskripsikan adegan esek-esek. Bahkan, soal sastra cabul atau ada pula yang menamakannya dengan "sastra kelamin" sempat membuat kalangan sastrawan nasional saling tuding. Sebut saja di antaranya karya-karya Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, Hudan Hidayat, Eka Kurniawan, dan beberapa ‘penjaga Komunitas Utan Kayu' yang suka melahirkan cerita-cerita nyentrik. Namun, lambat laun persoalan itu hening seperti ditiup angin. Bahkan, saat ini permasalahan tersebut terkesan mati atau tak dipedulikan lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun