Sedikit bercerita tentang Petra, saat itu kira-kira pada bulan September 2012, Lilik diberitahukan oleh salah satu saudaranya bahwa Petra berada di salah satu rumah keluarga jauhnya. Pada saat itu usia Petra masih 6 bulan, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan di mana berat badan Petra hanya 5 kg. Kondisi Petra yang lemah sampai tidak bisa memiringkan atau menegakkan kepalanya. Pada saat itu Petra ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Dan Lilik diminta untuk mengasuhnya. Mengingat usia Lilik dan suami sudah tidak muda lagi, mereka sempat ragu untuk melakukan hal itu. Namun, Lilik dan suami merasa sangat terpanggil untuk menolong Petra dan akhirnya menjadikannya sebagai anak angkat mereka. Walaupun mereka sempat ragu apakah bisa merawatnya, atau bagaimana mereka bisa membesarkannya. Padahal kondisi keuangan Lilik dan suaminya terbilang pas-pasan. Tetapi, dengan iman dan pengharapan, mereka yakin pertolongan dari Tuhan pasti ada untuk Petra.
Dengan kondisi Petra yang lemah seperti itu, Lilik dan suami memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit Hermina. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Petra didiagnosis menderita GDD (Global Development Delay). Lalu, mereka disarankan untuk berkonsultasi ke neurologi di RSCM, Jakarta, dan dilakukan pemeriksaan seperti EEG, BERA, dan sempat di-cardio juga. Pada saat Petra berusia 14 bulan, mereka membawanya lagi ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan MRI, ternyata hasilnya Petra mengalami Cerebral Palsy Hypotonus dan Epilepsi. Hampir tidak percaya tubuh sekecil ini harus merasakan penyakit yang begitu banyak. Namun, kasih sayang orang tua angkatnya kepada Petra tidak berkesudahan dan Lilik bersama suami sudah menganggap Petra sebagai anak kandung sendiri. Mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Lilik dan suami tetap berusaha membawa Petra dengan rutin ke rumah sakit untuk perawatan dan pengobatan. Hampir 3 kali dalam seminggu mereka membawanya untuk kontrol di RSCM, Jakarta.Di usia Petra yang ke-3 tahun, sempat ia mengalami gizi buruk sehingga disarankan untuk memasang NGT (Naso Gastric Tube). Sampai sekarang pun Petra masih menggunakan NGT di saat minum susu.Bahkan dikarenakan Petra ada gangguan pada pencernaannya, mengakibatkan berat badannya juga tidak ideal, selayaknya anak yang hampir berusia 7 tahun.
Takhanya itu, setelah Petra diendoskopi, ternyata ia juga mengidap GERD (Gastroesophageal reflux disease). Dokter menyarankannya untuk minum susu dengan kalori tinggi, seperti Pediasure Complete. Â Dalam sehari Petra minum susu 6 kali dengan takaran 250 ml. Untuk 1 kaleng yang berisi 850 gr hanya dikonsumsi untuk 3 hari saja. Sedangkan harga per kaleng susu tersebut kurang lebih Rp 250 ribu, pengeluaran ini harus Lilik usahakan dan belum lagi untuk kebutuhan popoknya. Semuanya demi Petra agar ia tumbuh sehat. Lilik berharap juga Petra bisa hidup mandiri selayaknya anak normal lainnya, sehingga mereka memerlukan alat-alat bantu untuk terapi di rumah. Mereka membuat pengalangan dana di platform pedulisehat.id untuk kebutuhan Petra beberapa bulan ke depan ini.
Selain kebutuhan-kebutuhan di atas, Petra juga memerlukan backslap tangan dan kaki, kursi roda, serta matras. Semuanya itu belum sanggup dipenuhi oleh Lilik untuk Petra. Bahkan sampai sekarang, Petra belum bisa berbicara dan berjalan, sehingga memerlukan terapi wicara dan berjalan secara intensif. Perawatan dan pengobatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan belum tentu di-cover oleh BPJS. Sementara ayah angkat Petra pekerjaannya tidak tetap, jadi semuanya ini menjadi sangat berat bagi mereka. Lilik bersama suami hanya menginginkan Petra dapat tumbuh sehat dan mandiri seperti anak seusianya. Meskipun Petra tidak lahir dari rahim Lilik, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk mendampingi Petra hingga bisa mandiri. Diagnosis Petra sekarang adalah Cerebral Palsy Athetoid, Epilepsi, dan GERD.Â