Berupaya menjatuhkannya ke dalam kekufuran atau syirik.
Jika selamat dari jebakan ini karena ia seorang muwahid, setan akan menggunakan perangkap berikutnya:
Berupaya menjatuhkannya ke dalam perbuatan bid’ah sehingga ia mengamalkannya bahkan membelanya.
Jika selamat dari jebakan ini karena ia seorang Ahli Sunnah, setan akan menggunakan perangkap berikutnya:
Menggodanya untuk melakukan dosa-dosa besar.
Dan jika Allah menjaganya dari itu, setan tetap tak putus asa. Ia menyiapkan perangkap berikutnya:
Menggodanya untuk melakukan dosa-dosa kecil dan membuatnya memandang remeh hal tersebut.
Dan jika ia terjaga juga dari hal yang demikian, setan menggunakan perangkap berikutnya:
Menyibukkannya dengan perkara mubah sehingga lalai dari melakukan amalan-amalan yang berpahala.
Dan jika selamat dari perangkap ini, setan akan menggunakan jebakan yang terakhir.
Menyibukkannya dengan amalan yang rendah nilai pahalanya sehingga lalai dari mengerjakan amalan yang lebih tinggi pahalanya.
Contohnya seperti menyibukkannya dengan amalan sunnah sehingga lalai dari amalan wajib. Dan masih banyak lagi contoh lain yang semisal dengannya. (Madakhilus Syaithon ‘alas Shalihin 9-10)
Maka, bila seseorang selamat dari enam perangkap tersebut, hendaknya ia bersyukur kepada Allah atas hidayah dan taufik dari-Nya. Sebab, karunia, rahmat dan berkah Allah yang tak terhingga telah terbentang di hadapannya.
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. ” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Masukkanlah kami ke dalam jamaah hamba-hamba-Mu ya Allah…
Masukkanlah kami ke dalam surga-Mu ya Tuhan kami..amiin, amiin, amiin.. ya Rabbal’alamiin..
Sumber: Madakhilusysyaithan ‘ala ash-shalihin karya DR. Abdullah Al-Khathir