Apa itu arti menghormati dan menghargai orang lain? Seperti inikah? Pikirku melayang ke langit biru nan luas. Di depanku berdiri sederet manusia – lelaki dan perempuan – memakai kaos dan celana panjang olahraga. Aku bergerak. Mereka ikut bergerak. Mereka mengikutiku. Meski tak sepenuhnya begitu. Hanya beberapa gerakan yang mereka rasa menyenangkan untuk diikuti. “Ayo, lari lima kali putaran!” teriakku. Cukup keras untuk sampai di telinga mereka. aku beranjak dari tempatku. Memutar badan lalu berlari. Menelusuri sepanjang koridor kelas bagian tengah. Dari bawah naik ke atas. Berkeliling. Mereka mengikuti dengan setengah hati. Napasku terengah. Bukan hal mudah untuk wanita seusiaku melakukan ini. Kekuatanku sudah tak seperti dulu saat aku remaja. Aku hampir tercekit oleh oksigen yang mendesak masuk bersamaan dengan kerbondioksida yang keluar melalui rongga hidungku. Bisa pingsan aku. Ah, tidak. Aku bisa. Tidak boleh pingsan di depan mereka. Itu memalukan. Berulang kali aku memotivasi diriku sendiri. Sesekali aku menepuk bahu mereka – lelaki dan perempuan muda tadi – yang kelelahan dan menghentikan larinya.