Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Dibalik Kutukan Bibir

2 Agustus 2016   23:48 Diperbarui: 3 Agustus 2016   10:51 283 12
Memang hanya ada kau di rinai hujan saat tetesnya tak henti menghajar dinding sepiku.
Mataku tidak buta. Berpesta ia pada cahaya dan gambaran sosokmu. Masih kulihat setiap perubahan arah angin yang mencoba menggoda rasa.
Telingaku tidak tuli. Ia bermegah diri di keseimbangan. Ditangkapnya sayup isak terakhirmu di detak tetes air.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun